karakteristik bermain - pendidikan sejak dini

Latest

Senin, 11 Desember 2017

karakteristik bermain


KARAKTERISTIK BERMAIN





KARAKTERISTIK BERMAIN

Dengan mengenali karakteristik bermain anak, kita akan lebih peka dan lebih tanggap lagi menilai tentang kegiatan bermain yang diprogramkan dalam satuan kegiatan harian (SKH) sesuai dengan ciri-ciri bermain anak sehingga dapat membuat penilaian bermain terhadap anak yang valid, adil dan dapat mengukur kompetensi anak secara individual.


KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK

1. Bermain adalah Sukarela

Karena didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang sehingga akan dilakukan oleh anak apabila hal itu betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena iming-iming hadiah atau karena diperintah oleh orang lain. Jadi, permainan yang dilakukan anak adalah suatu kepuasan tersendiri karena tidak harus memnuhi tuntutan atau harapan dari luar, anak-anaklah yang menentukan perannya sendiri dalam bermain.


2. Bermain adalah pilihan anak

Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila seorang anak dipakasa untuk bermain, sekali pun mungkin dilakukan dengan cara yang halus maka aktivitas itu bukan merupakan aktivitas dan bukan lagi bukan lagi kegiatan bermain atau non play.


3. Bermain adalah permainan yang menyenangkan

Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, bukan menjadi tegang atau stress. Bermain yang menyenangkan merupakan syarat mutlak dalam melakukan kegiatan di TK.


4. Bermain adalah simbolik

Melalui kegiatan bermain anak akan mampu menghubungkan pengalaman mereka dengan kenyataan sekarang, misalnya berpura-pura menjadi orang lain, anak-anak akan bertingkah laku seperti yang diperankannya.


5. Bermain adalah aktif melakukan kegiatan

Dalam bermain anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, menyelidiki dan bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.



Fakta-fakta yang berpengaruh terhadap kegiatan bermain anak adalah:

a. Motivasi
Kegiatan bermain dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi motivasi yang kuat yang berasal dari diri anak itu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun.


b. Lingkungan yang menunjang
Lingkunagn yang kurang memadai fasilitasnya, tidak aman dan tidak menyenangkan, akan menyebabkan ruang gerak bermain bagi anak terbatas. Oleh sebab itu agar anak dapat bermain dengan leluasa maka perlu disediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung keinginan dan aktivitas bermain anak.


c. Perilaku anak dalam bermain
Melalui bermain anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupan nyata. Bila anak dapat menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya, setidaknya membuat anak lega dan relaks akan mengubah perilaku yang negatif menjadi positif.

Beberapa karakteristik kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak usia dini menurut Smith et al, Garvey, Rubin, Fein dan Vandenberg (dalam Mayke,2001:16) meliputi:

1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul atas keinginan pribadi serta untuk kepentingaan sendiri.

2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif. Kalaupun emosi positif tidak tampil, setidaknya kegiatan bermain mempunyai nilai (value) bagi anak. Kadang-kadang kegiatan bermain dibarengi oleh perasaan takut, misalnya saat harus meluncur dari tempat tinggi, namun anak mengulang-ulang kegiatan itu karena ada rasa nikmat yang diperolehnya.

3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir. Saat bermain, perhatian anak-anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung dibandingkan tujuan yang ingin dicapai. Tidak adanya tekanan untuk mencapai prestasi membebaskan anak untuk mencoba berbagai variasi kegiatan. Karena itu bermain cenderung lebih fleksibel, karena tidak semata-mata ditentukan oleh sasaran yang ingin dicapai.

5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain anak-anak kecil. Sebagai contoh, pada anak usia dini menyusun balok disebut bermain bila dilakukan atas kehendak anak. Tetapi dikategorikan bekerja bila ditugaskan oleh guru. Kebebasan memilih menjadi tidak begitu penting bila anak beranjak besar.

6. Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang memisahkannya dari kehidupan nyata sehari-hari. Kerangka ini berlaku terhadap semua bentuk kegiatan bermain seperti bermain peran, menyusun balok-balok, menyusun kepingan gambar dan permainan sejenisnya. Realitas internal lebih diutamakan dari realitas eksternal karena anak memberi makna baru terhadap objek yang dimainkan dan mengabaikan objek yang sesungguhnya.


Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus memiliki unsur pendidikan bagi anak. Sejalan dengan definisi sederhana ini, bermain memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Motivasional. Bermain dilakukan atas motivasi intrinsik dari seorang anak atau berdasarkan einginan sendiri serta untuk kepentingan sendiri.

2. Emosional. Bermain adalah kegiatan yang melibatkan emosi-emosi positif pada diri seorang anak hal ini tercermin seperti ketika meluncur dari tempat yang tinggi secara berulang-ulang tanpa rasa takut.

3. Fleksibilitas. Kegiatan bermain biasanya ditandai dangan mudahnya melakukan permainan yang berbeda-beda atau beralih dari satu permainan ke permainan dengan menyenangkan.

4. Enjoyable. Aktivitas bermain lebih mengutamakan proses bermain, tanpa memperlihatkan hasil akhir dari bermain. Anak bermin dengan tanpa harus memperhatikan prestasi apa yang akan didapat dan diraihnya melakukan hal tersebut. Mereka cenderung terpusat pada proses bermain, seperti anak bisa memasang gambar sesuai dengan bentuknya.

5. Terbuka. Anak bebas memilih permainan atas kehendaknya tanpa ada yang menyuruh dan memaksa. Ketika seorang anak menyusun balok akan disebut bermain seandainya aktivitas tersebut atas kehendak sendiri tanpa ada yang menyuruh atau memaksa.

6. Imajinatif. Bermain mempunyai daya imajinasi yang tinggi seorang anak yang mempunyai daya imajinasi tinggi akan memungkinkan anak bereksperimen pada hal-hal yang baru. Misalnya anak yang berpura-pura membakar sate tapi yang sebenarnya hanya mengipasi kepingan gambar kepingan ayam, sapi, kuda, bebek, atau menganggap guling sebagai seekor kuda.

7. Bebas. Bermain bebas dari aturan-aturan yang ditetapkan dari luar dan hanya menuntut keterlibatan aktif dari sang anak.

8. Dimensional. Bermain mempunyai batasan tertentu tanpa mengabaikan kebebasan bermain, bermain memiliki dimensi sebagai barometer sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak bisa dikategorikan kedalam aktivitas bermain atau bukan aktivitas bermain. Seandainya aktivitas tersebut dianggap bukan aktivitas bermain lagi, biasanya anak tidak lagi bisa menikmati aktivitas yang dilakukannya.

 Sejalan dengan pendapat diatas, Dockett dan Fleer (2000) menyatakan bahwa suatu aktivitas dikatakan bermain jika ia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Simbolik, bermain pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan anak untuk anak mengemukakan berbagia ide dan gagasannya kedalam bentuk-bentuk simbolik yang mewakili berbagai benda, orang, ataupun aktivitas yang diketahuinya. Karakteristik ini terlihat ketika anak memainkan balok yang diibaratkan sebagai kereta api, anak berperan sebagai seorang ibu yang sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari boneka yang dianggap sebagai anaknya

2. Bermakna, bermain padahakikatnya kegiatan memainkan berbagai pengalaman, keterampilan dan pemahaman yang dapat dilakukannya sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.

3. Aktif, kegiatan bermain adalah kegiatan aktif yang dilakukan anak dengan melibatkan berbagai jenis aktivitas baik fisik, psikis, maupun imajinasinya.

4. Menyenangkan, bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan yang dapat memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak.

5. Motivasional, bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan atas dasar dorongan dari dalam diri anak sehingga anak melakukannya dengan penuh semangat.

6. Beraturan, segala bentuk permainan memiliki aturan-aturan, baik dalam hal waktu, lingkungan, maupun peralatannya. Hal inilah yang menyebabkan anak dapat melakukan berbagai jenis permainan jika waktunya ada, lingkungan mendukung, dan peralatannya tersedia.

7. Berepisode, layaknya sebuah cerita bermainpun memiliki tahapan yakni awal, tengah, dan akhir dalam asatu tema tertentu yang dipilih anak. Jika sebuah permainan telah memasuki tahap akhir, biasanya anak akan memainkan permainan baru.

Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bemain, walaupun dalam kenyataannya semua kaarakteristik berada pada suatu permainan yang sama. Brunner menyatakan bahwa karakteristik utama dari bermain ada pada jenisnya. Bermain adalah sebuah pendekatan untuk beraksi bukan bentuk sebuah aktivitas. 
Brewer (2007) menyatakan bahwa untuk memaknai bermain secara lengkap perlu diperhatikan beberapa karakteristik sebagai berikut :
  1. Bermain itu dilandasi motivasi personal.
  2. Bermain itu aktif.
  3. Bermain itu tidak literal.
  4. Bermain itu tidak memiliki motivasi ekstrinsik.
  5. Makna bermain di bangun oleh pemainnya.
  6. Bermain tidak memiliki aturan ekstrinsik.
Sejalan dengan karakteristik di atas, dapatlah dikatakan bahwa segala kegiataan anak dpat dikatakan sebagai bermain atau bukan dengan memuji apakah hal tersebut dilakukan atas dasar motivasi intrinsik anak, sesuai dengan realitas anak, dan diatur oleh anak sendiri.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar