Pembelajaran anak usia dini
menurut beberapa tokoh:
1. A. Piaget
Menurut pandangan Piaget (dalam
Sujiono, 2012: 120) intelegensi anak berkembang melalui suatu proses active
learning dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk terlihat secara
aktif dalam kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera
anak.
Piaget membagi perkembangan
kognitif anak ke dalam 4 fase, yaitu:
a. Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak berinteraksi
dengan dunia sekitar melalui panca indera. Dapat berpikir kompleks seperti
bagaimana cara untuk mendapatkan suatu benda yang diinginkan dan melakukan apa
yang diinginkannya dengan benda tersebut. Kemampuan ini merupakan awal berpikir
secara simbolik yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran
objek tersebut secara empirik.
b. Pra Operasional (2-7 tahun)
Fase ini merupakan masa permulaan
anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Cara berpikir anak
belum stabil dan belum terorganisir secara deduktif.
c. Operasi Konkret (7-12 tahun)
Anak sudah mempunyai kemampuan
berpikir secara logis dengan syarat objek yang menjadi sumber berpikir tersebut
hadir secara konkret. Anak dapat mengklasifikasi objek, mengurutkan benda
sesuai dengan tata urutannya, memahami cara pandang orang lain dan berpikir
secara deduktif.
d. Operasi Formal (12 tahun ke
atas)
Anak dapat bepikir secara abstrak
seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi,
melakukan proses berpikir ilmiah yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan
cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut.
2. B. Vigotsky
Konstruktivisme sosial yang
dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi
dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky
adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan
sosial dalam belajar.
Konstruktivisme adalah suatu
teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi
sebaik psikologi. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang
melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih
tahu. Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan
konsep zone of proximal development (ZPD) sebagai kapasitas potesial belajar
anak yang dapat berwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang yang lebih
terampil (Sujiono, 2012: 115).ZPD atau scaffolding
interpretation merupakan tahapan untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih
tinggi. Empat tahapan yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran:
a) Tindak anak-anak masih
dipengaruhi/dibantu orang lain
b) Tindakan anak didasarkan atas
inisiatif sendiri
c) Tindakan anak berkembang
spontan dan terinternalisasi
d) Tindakan spontan akan terus
diulang-ulang hingga anak siap untuk berpikir secara abstrak.
Vygotsky menjabarkan implikasi
utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif,
sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of
proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding.
Jadi teori belajar Vygotsky
adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi
interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa
dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
(http://utak-atik-psikologi.blogspot.com).
Menurut Vygotsky
keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui
interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman
interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini.
Perkembangan anak menjadi matang.
Pembelajaran berdasarkan scaffolding
yaitu memberikan ketrampilan yang penting untuk pemecahan masalah secara
mandiri, seperti diskusi dan praktek langsung.
Zone of Proximal Development
adalah wilayah dimana anak mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang
kompeten. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di
capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih
tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima oleh anak
dengan bantuan seorang instruktur yang mampu.
Ada beberapa prinsip dasar dalam
penerapan teori Vygotsky dikelas :
- Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif.
- ZPD dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran.
- Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam ‘dunia nyata’ mereka.
3. C. Smilansky
Mengungkapkan bahwa
anak usia dini belajar melalui panca indranya dan melalui hubungan fisik dengan
lingkungannya. Terdapat beberapa tipe bermain dalam pembelajaran yang
dijabarkan Smilansky, diantaranya yaitu functional play, constuctive play,
dramatic play dan game with rules.
Functional play adalah sebuah
bentuk permainan dimana anak menggunakan indera dan otot-ototnya untuk
bereksperimen dengan bahan-bahan baik didalam maupun di luar ruangan dan
belajar bagaimana sesuatu dapat bergerak bersamaan. Hal ini memuaskan kebutuhan
anak untuk menjadi aktif dan bereksplorasi.
Dalam bermain fungsional anak
mengulang perilaku mereka terus menerus sambil berbicara pada dirinya sendiri
tentang apa yang ia lakukan.Dalam bermain pembangunan
membantu anak dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang akan mendukung
dalam kegiatan akademik. Smilansky mengungkapkan bahwa di dalam constuctive
play, children’s actions are purposeful and directed toward a goal. Ketika anak
diberikan kesempatan untuk bermain ini
berarti anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan perkembangan
kognitif, sosial, emosional dan perkembangan fisiknya.
Dramatic play dapat berkembang
sepanjang bermain fungsional. Perbedaan utama antar bermain drama dengan
bermain jenis laniinya adalah bahwa bermain drama berorientasi pada orang,
bukan berorientasi pada bahan atau objek. Anak-anak yang tidak terlibat secara
terus menerus dalam bermain peran dengan anak-anak lain mengalami kesulitan di
kemudian hari.
Dalam kegiatan game with rules
anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan permainan. Aturan permainan
pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat
dalam permainan asalkan tidak menyimpang jauh dari aturan umumnya., misalnya
bermain kartu domino, bermain tali atau monopoli (Sujiono, 2009:119)
4. D. Horward
gardner
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple
Inteligence) dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang profesor psikologi dari
Harvard University. Gardner mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki
kecerdasan yang berbeda. Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple
Intelegence mengusulkan delapan macam komponen kecerdasan, yang disebutnya
dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda meliputi:
(a) kecerdasan linguistik-verbal dan (b) kecerdasan logika-matematik (c)
kecerdasan spasial-visual, (d) kecerdasan ritmik-musik, (e) kecerdasan
kinestetik, (f) kecerdasan interpersonal, (g) kecerdasan intrapersonal, (h)
kecerdasan naturalis.
Howard Gardner mengemukakan bahwa
pada dasarnya anak memiliki delapan jenis kecerdasan dasar tersebut.
a. Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan bahasa berisi
kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan arti yang kompleks. Anak dengan kecerdasan verbal ini sangat
cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, menyampaikan
laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis.
b. Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan ini ditandai dengan
kemampuan anak untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir
logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran. Anak yang cerdas secara
logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka.
Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu,
menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik.
c. Kecerdasan Spasial
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh
kemampuan anak untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di
sekitarnya. Anak yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki
kapasitas dalam berfikir secara tiga
dimensi. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan
gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau
mengkomunikasikan informasi grafis.
d. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah
kecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan
aktivitas fisik. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk
membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh.
e. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan
dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Kecerdasan
musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke
dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa.
f. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah
kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan
interaksi secara efektif dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang
lain, anak dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan
keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak
g. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal
diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana
dan mengarahkan orang lain.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini ditandai dengan
keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di
lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang –
orang yang memiliki kecerdasan ini.
Kemampuan mendidik sangat erat
kaitannya dengan kemampuan mengidentifikasi dan melihat potensi kecerdasan
pembelajar serta memahami bagaimana hal itu dikumpulkan dalam suatu rangkaian
belajar yang menarik. Setiap pembelajar memiliki sembilan kecerdasan dan dapat
dikembangkan sampai tingkat kompetensi yang paling optimal dapat dicapai anak.
Di sisi lain, masing-masing anak
memiliki kecenderungan (inklinasi) terhadap kecerdasan tertentu atau kelebihan
yang ditunjukkan melalui perilaku spesifik. Dalam pembelajaran harus dihindari
pembatasan kemampuan hanya dalam satu katagori atau wilayah kecerdasan tertentu
saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan sebagai orang yang
sedang melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang memungkinkan mengoptimalkan
apa yang ada dalam dirinya.
Jenis Kecerdasan
|
Kecenderungan /
Kegemaran
|
Metode Belajar
|
Bahasa /
Verbal
|
Gemar :
- membaca
- menulis
- bercerita
- bermain kata
|
Membaca,
menulis, mendengar
|
Matematis
Logis
|
Gemar :
- bereksperimen
- tanya jawab
- menjawawab
teka-teki logis
|
Berhitung,
aplikasi rumus, eksperimen
|
Spasial
|
Gemar :
- mendesain
- menggambar
-
berimajinasi
- membuat
sketsa
|
Observasi,
menggambar, mewarnai, membuat peta
|
Kinestetik
tubuh
|
Gemar :
- menari
- berlari
- melompat
- meraba
- memberi
isyarat
|
Membangun,
mempraktekan. menari, ekspresi
|
Musikal
|
Gemar :
-
bernyanyi
- bersiul
-
bersenandung
|
Menyanyi,
menghayati lagu, mamainkan instrumen musik
|
Interpersonal
|
Gemar :
- memimpin
-
berorganisasi
|
Observasi alam
dan bermain kelompok bersama teman-teman
|
Intrapersonal
|
Gemar :
- menyendiri
- memilih tokoh favorit yang positif, dan membaca
serta menjadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu
permasalahan
|
Meluangkan
waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara
mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
|
Naturalis
|
Gemar :
- bermain di alam
- memelihara hewan
- senang dengan tumbuh-tumbuhan
|
Mengenali dan
mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya.
|
Tabel tersebut menggambarkan tentang kecenderungan dan
kegemaran dan perilaku yang dapat dimati
dan metode belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing
kecerdasan
5.
E. Maslow
Menurut Maslow, dalam perkembangannya anak mempunyai
berbagai kebutuhan yang perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan primer yang mencakup
pangan, sandang, dan ‘papan’ serta kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan
penghargaan terhadap dirinya.
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk
memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow,
anak termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang
paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi
(aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan diambil dari Wikipedia tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologis atau dasar
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang
bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya).
Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak
dipenuhi maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya
sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar
ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu
kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
b. Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan keselamatan membiarkan individu untuk merasa
selamat dan aman. Jika safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak
terpenuhi, maka pandangan anak tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada
gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.
c. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Setiap anak ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab,
bahkan mesra dengan orang-orang di sekitarnya. Ia ingin mencintai dan dicintai.
Anak ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Anak butuh menjadi bagian dalam
sebuah keluarga.
d. Kebutuhan untuk dihargai
Anak yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil
sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu
siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi
yaitu aktualisasi diri (self actualization).
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Pemenuhan potensi diri sendiri dikenali. Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri terdiri dari kebenaran, kebaikan, keindahan atau
kecantikan, keseluruhan (kesatuan), dikotomi-transedensi, erkehidupan
(berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya), keunikan, kesempurnaan,
keniscayaan, penyelesaian, keadilan, keteraturan, kesederhanaan, kekayaan,
bermain, dan mencukupi diri sendiri Terpenuhinya
kebutuhan tersebut akan memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan
dirinya, dan hal ini dapat menghadirkan pelatuk untuk mengembangkan seluruh
potensi secara utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam harus disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Prinsip tersebut dinamakan praktek-praktek
yang sesuai dengan perkembangan anak
atau disebut juga developmentally appropriate practice atau DAP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar